ALLAH ADA TANPA ARAH DAN TEMPAT




BELAJAR SEDIKIT ILMU PENGETAHUAN AKAN MENAMBAH

WAWASAN KITA SEMOGA BERMANFAAT YA SAHABAT.














Akidah nabi saw adalah meyakini bahwa Allah Ada tanpa Tempat dan tanpa Arah. Karena tempat adalah makhluk, dan arah juga Makhluk. Jadi Allah Tidak membutuhkan makhluk Nya.PERTANYAAN:"
  1. Banyak orang yang bertanya dimana Allah, bahkan ada yang menjawab dengan Allah ada dimana-mana. Ustadz, bagaimana sebenarnya hakikat Allah mengenai tempat dan arah?
  2. Bagaimana dengan hadits al-Jariyah yang menyatakan bahwa Rasul ketika ditanya dimana Allah, beliau menjawab “Fi al-Sam a”


Jawaban:
Imam Syafi’i رحمه الله sebagaimana termaktub dalam kitab Ithaf al-Sadati al-Muttaqin, berkata".
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق الـمكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه الـمكان لا يجوز عليه التغيِير فى ذاته ولا في صفاته
“Sesungguhnya Allah ta’ala ada dan tidak ada tempat, maka Dia (Allah) menciptakan tempat, sementara Dia (Allah) tetap atas sifat azali-Nya, sebagaimana Dia (Allah) ada sebelum Dia (Allah) menciptakan tempat, tidak boleh atas-Nya berubah pada dzat-Nya dan pada sifat-Nya”. [Kitab Ithaf As-Sadati Al-Muttaqin –Jilid 2-halaman 36].
إنه تعالى كان ولا مكان
Sesungguhnya Allah ta’ala ada dan tidak ada tempat”

Maksudnya adalah bahwa Allah telah ada tanpa permulaan, disebut azali atau qadim, dan belum ada tempat seperti ‘Arasy, langit, bumi, dan segala makhluk lain nya. Allah ta’ala sudah sempurna dengan segala sifat-Nya yang azali sebelum ada apa pun selain-Nya. Sifat-sifat dzat Allah tidak lantas bertambah ketika Allah menciptakan makhluk-Nya;
Al Imam Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- berkata yang maknanya: “Barang siapa beranggapan (berkeyakinan) bahwa Tuhan kita berukuran maka ia tidak mengetahui Tuhan yang wajib disembah (belum beriman kepada-Nya)”(diriwayatkan oleh Abu Nu’aym (W. 430 H) 
Suatu ketika al-Imam Abu Hanifah ditanya makna "Istawa", beliau menjawab: “Barangsiapa berkata: Saya tidak tahu apakah Allah berada di langit atau barada di bumi maka ia telah menjadi kafir. Karena perkataan semacam itu memberikan pemahaman bahwa Allah bertempat. Dan barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah bertempat maka ia adalah seorang musyabbih; menyerupakan Allah dengan makhuk Nya” (Pernyataan al-Imam Abu Hanifah ini dikutip oleh banyak ulama. Di antaranya oleh al Imam Abu Manshur al Maturidi dalam Syarh al-Fiqh al-Akbar, al-Imam al-Izz ibn Abd as-Salam dalam Hall ar-Rumuz, al-Imam Taqiyuddin al-Hushni dalam Daf’u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad, dan al-Imam Ahmad ar-Rifa’i dalam al-Burhan al-Mu’yyad).
BERTANYA ORANG ARANG TENTANG TUHAN (ALLAH)
Maksudnya, kita tidak boleh (mustahil) ada perubahan pada dzat dan sifat Allah. Tidak terjadi perubahan pada Allah bukan berarti itu kelemahan atau kekurangan Allah, tapi justru bila berubah, dapat menimbulkan kekurangan bagi Allah, karena Allah maha sempurna. Berubah dari sempurna tentu dapat menjadi kekurangan bagi-Nya. Setiap perubahan adalah makhluk, karena tidak ada yang dapat berubah dengan sendiri nya kecuali Allah yang menciptakan perubahan tersebut, sementara Allah adalah khaliq, bukan makhluk.
Maka dengan memahami perkataan Imam Syafi’i رحمه الله di atas, dapat pula kita pahami Aqidah Imam Asy-Syafi’i رحمه الله bahwa Imam Syafi’i رحمه الله meniadakan tempat bagi dzat Allah. Allah ada tanpa arah dan tempat, inilah hakikat aqidah ulama salaf, sangat bertolak-belakang dengan aqidah kaum mujassimah (yang menjisimkan Allah), dan kaum musyabbihah (yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Mereka menduga ‘Arasy adalah tempat persemayaman Tuhan, padahal ‘Arasy juga makhluk-Nya, yang baru ada ketika diciptakan oleh-Nya. Lagipula sifat-sifat kesempurnaan Allah telah ada sebelum adanya ‘Arasy dan segala makhluk lain nya.
Demikian pula Sayyidina Ali yang mengatakan:
ان الله تعالى خلق العرش اظهارا لقدرته لا مكانا لذاته
“Sesungguhnya Allah itu menciptakan arasy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, bukan sebagai tempat (bersemayam) untuk dzat-Nya.
Untuk itu, dalam memahani sebuah hadits tidak bisa hanya sekali duduk, artinya harus membandingkan dengan al-Qur’an dan hadits lain yang bisa jadi bertentangan. Atau, dalam memahami hadits, harus memahami asbabl wurud, sebab-sebab hadits tersebut dikeluarkan.
Maha suci Allah dari Arah dan tempat.

DEMIKIAN SEDIKIT PENJELASAN TENTANG ALLAH ADA
TANPA ARA DAN TEMPAT, SEMOGA DAPAT MENAMBAH ILMU 
PENGETAHUAN KITA DAN BISA DIAMALKAN DALAM KEHIDUPAN
KITA.
SALAM HANGAT DAN PERKENALAN
BUAT SAHABAT SEMUANYA
DARI
MUHAMMAD SYUKUR.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Dan Contoh Hadits Qauliyah, Fi'liyah Dan Taqririyah Lengkap

PENGERTIAN IPA (ILMU PENGETAHUAN ALAM

AKU MELIHAT TUHAN ADA PADA DIRIMU